BLOGGER TEMPLATES - TWITTER BACKGROUNDS

Isnin, 3 Ogos 2009

Atas nama globalisasi

Zaman sentiasa mengalami perubahan. Memasuki alaf globalisasi maka terjadilah lonjakan perkembangan ilmu pengetahuan dan kepesatan teknologi. Dunia akan menjadi semakin sempit dan kadang-kadang bersifat 'transparen' dan seakan tiada batasan. Justeru itu maka berlakulah pergeseran pola hidup masyarakat. Pola masyarakat tradisional menjadimasyarakat moden, kehidupan berkerjasama menjadi lebih individualistik dan kehidupan yang bergantung kepada alam bertukar kepada penguasaan alam.

Masalah besar umat hari ini dalam memasuki era globalisasi ialah terjadinya interaksi kebudayaan secara meluas melalui media massa dengan berkembangnya pengaruh budaya materialistik, pemisahan kehidupan duniawi dari agama (sekularistik), dan pemujaan kesenangan indera mengejar kenikmatan badani (hedonistik). Gejala ini merupakan penyimpangan jauh dari budaya luhur turun temurun serta merta telah memunculkan berbagai bentuk Kriminalitas, Sadisme, Krisis moral secara meluas.

Pengaruh budaya popular kota (urban popular culture) yang hedonistik (mulai berkembang 1960), dan berkembang lagi US culture imperialisme (uncle Sam Culture) dan the globalization of lifestyle gaya hidup global, world wide sing (Madonna, Michael Jakson, dll) sejak tahun 1990 di saat memasuki era globalisasi. Kombinasi semua budaya ini mampu melumpuhkan urat nadi budaya luhur masyarakat timur yang terkenal dengan ketinggian budi dan kesantunan bahasa.

Malangnya atas nama globalisasi maka lahirlah generasi split personalities, peribadi yang terbelah “too much science too little faith”, lebih banyak ilmu dengan tipisnya kepercayaan keyakinan agama, berkembangnya fahaman nihilisme budaya senang lenang (culture contenment).

Pergeseran budaya juga melahirkan masyarakat yang pengidap penyakit sosial kronik dengan kegemaran berpeleseran. Aqidah umat memang sudah bertauhid namun akhlaknya tidak mencerminkan akhlak Islami, ekonominya bersistim Yahudi, muamalahnya tidak sesuai dengan muamalah yang diajarkan Islam, politiknya Machiavellis, budayanya hedonistik, materialistik dan sekularistik.

Persoalannya, adakah kita sudah bersedia menghadapi arus perubahan ini?